Kamu pasti mengantongi banyak candaan
Didalam laci lemarimu adakah kesedihan sebanyak yang aku punya ?
Banyak orang berlalu lalang, singgah, hanya untuk menawarkan kesedihan,
lalu kusimpan didalam laciku. Entah kenapa saat itu aku selalu ikhlas
menerima tawaran demi tawaran.
Rasa penat sudah sering datang bertamu, yang kami bincangkan tak banyak, hanya soal kesedihan yang tertumpuk dilaci lemariku.
Apa yang biasa kalian tukarkan kepada mereka untuk mendapatkan kebahagiaan?
Dimana kalian menyimpan kebahagiaan agar tak pernah tercecer lagi, bahkan menghilang entah kemana.
Tangis juga sudah terlalu sering menginap dikamarku, tidur berdua
denganku sembari menghitung jumlah kesedihan didalam laci itu. Juga
merapikan yang berserak-serakan.
Malam itu, pintuku diketuk, Rasa penat, dan tangis terkaget, “siapa
itu?” tanya kami. Lalu suara dari balik pintu itu terdengar menjawab:
“Ini aku si pembawa kebahagiaan!”.
Aku dan kedua sahabatku saling memandang, kuingat kembali dirimu yang
punya banyak candaan, terlalu mahal membeli kebahagiaan karena hanya
canda.
Rasa penat bertanya lagi: “Berapa harga satu kebahagiaan yang kau jual?”.
“Tak mahal, kalau kau punya satu kesedihan, bisa kau tukarkan dengan 100 kebahagiaan...” katanya.
Aku beranjak menuju pintu, tapi Tangis menghadangku untuk membuka pintu,
Tangis bertanya, “Lalu kalau aku punya banyak, apa yang kau lakukan
dengannya?”
“kesedihan yang sudah kau tukarkan padaku, akan aku jual ke Si para pembuat puisi untuk membeli Keindahan.”
“Kenapa ke para pembuat puisi”
“Karena si pembuat puisi tau bagaimana menjadikan kesedihan di atas kertasnya menjadi keindahan, lalu memuai menjadi rasa haru”
Aku membuka pintu lebar-lebar untuknya, untuk si pembawa kebagiaan
ini... tanpa peduli pada sahabatku yang merasa dikucilkan, mereka berdua
marah lalu pergi...
Terimakasih Penat
Terimakasih Tangis
Tanpa kalian aku bukan wanita
Terimakasih kesedihan
Tanpamu aku tak bisa mendapatkan kebahagiaan
Terimakasih pembawa kebahagian
Tanpamu aku tak akan pernah tau fungsi kesedihan didalam laciku.
“ada berapa kesedihan yang kau miliki?” tanya si pembawa kebahagiaan.
“Ada berapa kebahagiaan yang kau bawa?” tanyaku.